Macam-Macam
Akhlak Seorang Muslim Pada Diri Sendiri
1.
Berakhlak
terhadap jasmani
a.
Senantiasa
Menjaga Kebersihan
Islam menjadikan kebersihan sebagian dari Iman. Seorang
muslim harus bersih/ suci badan, pakaian, dan tempat, terutama saat akan
melaksanakan sholat dan beribadah kepada Allah, di samping suci dari kotoran,
juga suci dari hadas.
Allah SWT berfirman :
Artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah:
"Haidh itu adalah suatu kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu
menjauhkan diri137 dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati
mereka, sebelum mereka suci138. Apabila mereka telah suci, maka campurilah
mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan
diri. (QS. Al Baqarah:222)
Artinya : Janganlah kamu bersembahyang dalam mesjid itu selama-lamanya.
Sesungguh-nya mesjid yang didirikan atas dasar taqwa (mesjid Quba), sejak hari
pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. Di dalamnya mesjid itu ada
orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bersih. (QS. At Taubah:108)
b.
Menjaga
Makan dan Minumnya
Makan dan minum merupakan kebutuhan vital bagi tubuh
manusia, jika tidak makan dan minum dalam keadaan tertentu yang normal maka
manusia akan mati. Allah SWT memerintahkan kepada manusia agar makan dan minum
dari yang halal dan tidak berlebihan. Sebaiknya sepertiga dari perut untuk
makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga untuk udara.
Allah SWT berfirman :
Artinya : Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang
telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah ni'mat Allah, jika kamu hanya
kepada-Nya saja menyembah. (QS. An Nahl:114)
Menjaga kesehatan bagi seorang muslim adalah wajib dan
merupakan bagian dari ibadah kepada Allah SWT dan sekaligus melaksanakan anmanah
dari-Nya. Riyadhah atau latihan jasmani sangat penting dalam penjagaan
kesehatan, walau bagaimnapun riyadhah harus tetap dilakukan menurut etika yang
ditetapkan oleh Islam. Orang mukmin yang kuat, lebih baik dan lebih dicintai
Allah SWT daripada mukmin yang lemah.
Dari sahabat Abu Hurairah, Bersabda Rasulullah,
“Mu’min
yang kuat lebih dicintai Allah dari mu’min yang lemah, dan masing-masing
memiliki kebaikan. Bersemangatlah terhadap hal-hal yang bermanfaat bagimu dan
mohonlah pertolongan kepada Allah dan jangan merasa malas, dan apabila engkau
ditimpa sesuatu maka katakanlah “Qodarulloh wa maa syaa’a fa’al, Telah
ditakdirkan oleh Allah dan apa yang Dia kehendaki pasti terjadi”. (HR.
Muslim)
Manusia mempunya budi, akal dan
kehormatan, sehingga bagian-bagian badannya ada yang harus ditutupi (aurat)
karena tidak pantas untuk dilihat orang lain. Dari segi kebutuhan alaminya,
badan manusia perlu ditutup dan dilindungi dari gangguan bahaya alam
sekitarnya, seperti dingin, panas, dll. Karena itu Allah SWT memerintahkan
manusia menutup auratnya dan Allah SWT menciptakan bahan-bahan di alam ini
untuk dibuatb pakaian sebagai penutup badan.
Allah SWT berfirman :
Artinya : Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan
kepadamu pakaian untuk menutup 'auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan
pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari
tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat. (QS. Al
A’raf:26)
2.
Berakhlak
terhadap Akal
a.
Menuntut
Ilmu
Menuntut ilmu merupakan salah satu kewajiban bagi
setiap muslim, sekaligus sebagai bentuk akhlak seorang muslim. Muslim yang baik,
akan memberikan porsi terhadap akalnya yakni berupa penambahan pengetahuan dalam sepanjang hayatnya. Sebuah
hadits Rasulullah SAW menggambarkan :
( مسلم )رواه ابن ماجه طلب العلم فريضة على كل
Artinya : “Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim.”
(HR. Ibnu Majah)
Seorang mu’min, tidak hanya mencari ilmu dikarenakan sebagai satu
kewajiban, yang jika telah selesai kewajibannya maka setelah itu sudah dan
berhenti. Namun seorang mu’min adalah yang senantiasa menambah dan menambah
ilmunya, kendatipun usia telah memakan dirinya. Menuntut ilmu juga tidak
terbatas hanya pada pendidikan formal akademis namun dapat dilakukan di mana
saja, kapan saja dan dengan siapa saja.
b.
Memiliki
Spesialisasi Ilmu yang dikuasai
Setiap muslim perlu mempelajari hal-hal yang memang
sangat urgen dalam kehidupannya. Menurut Dr. Muhammad Ali Al-Hasyimi (1993 :
48), hal-hal yang harus dikuasai setiap muslim adalah : Al-Qur'an, baik dari
segi bacaan, tajwid dan tafsirnya; kemudian ilmu hadits; sirah dan sejarah para
sahabat; fikih terutama yang terkait dengan permasalahan kehidupan, dan lain
sebagainya. Setiap muslim juga harus memiliki bidang
spesialisasi yang harus ditekuninya. Spesialisasi ini tidak harus bersifat ilmu
syariah, namun bisa juga dalam bidang-bidang lain, seperti ekonomi, tehnik,
politik dan lain sebagainya. Dalam sejarahnya, banyak diantara generasi awal
kaum muslimin yang memiliki spesialisasi dalam bidang tertentu.
c.
Mengajarkan
Ilmu pada Orang Lain
Termasuk akhlak muslim terhadap akalnya adalah
menyampaikan atau mengajarkan apa yang dimilikinya kepada orang yang
membutuhkan ilmunya.
Firman Allah SWT :
Artinya
: “Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang
Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai
pengetahuan828 jika kamu tidak mengetahui” (An-Nahl:43)
d.
Mengamalkan
Ilmu dalam Kehidupan
Diantara tuntutan dan sekaligus akhlak terhadap akalnya
adalah merealisasikan ilmunya dalam “alam nyata.” Karena akan berdosa seorang
yang memiliki ilmu namun tidak mengamalkannya.
Firman Allah SWT :
Artinya
: “Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang
tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan
apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS. As-Shaff)
3.
Berakhlak
terhadap jiwa
a.
Bertaubat
dan Menjauhkan Diri dari Dosa Besar
Taubat adalah meninggalkan seluruh dosa dan
kemaksiatan, menyesali perbuatan dosa yang telah lalu dan berkeinginan teguh
untuk tidak mengulangi lagi perbuatan dosa tersebut pada waktu yang akan
datang.
Allah SWT berfirman :
Artinya
: Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan
nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi
kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan
orang-orang mu'min yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan
dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb kami,
sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau
Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS. At-Tahrim : 8)
Adapun
yang termasuk dosa-dosa besar diantaranya :
·
Syirik
·
Kufur
·
Nifak
·
Riddah
·
Fasik
·
Berzina
dan menuduh orang lain berzina
·
Membunuh
manusia
·
Bersumpah
palsu
b.
Bermuraqabah
Muraqabah adalah rasa kesadaran seorang muslim bahwa
dia selalu diawasi oleh Allah SWT. Dengan demikian dia tenggelam dengan
pengawasan Allah dan kesempurnaan-Nya sehingga ia merasa akrab, merasa senang,
merasa berdampingan, dan menerima-Nya serta menolak selain Dia.
Firman
Allah SWT :
اِنَّ اللهَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
Artinya
: “Sesungguhnya Allah itu maha mengawasimu.” (QS. An-Nisa : 1)
c.
Bermuhasabah
Yang dimaksud dengan muhasabah adalah menyempatkan diri
pada suatu waktu untuk menghitung-hitung amal hariannya. Apabila terdapat
kekurangan pada yang diwajibkan kepadanya maka menghukum diri sendiri dan
berusaha memperbaikinya. Kalau termasuk yang harus diqadha maka mengqadhanya.
Dan bila ternyata terdapat sesuatu yang terlarang maka memohon ampun, menyesali
dan berusaha tidak mengulangi kembali. Muhasabah merupakan salah satu cara
untuk memperbaiki diri, membina, menyucikan, dan membersihkannya.
Firman Allah SWT :
Artinya
: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr : 18)
d.
Mujahadah
Mujahadah adalah berjuang, bersungguh-sungguh,
berperang melawan hawa nafsu. Hawa nafsu senantiasa mencintai ajakan untuk
terlena, menganggur, tenggelam dalam nafsu yang mengembuskan syahwat,
kendatipun padanya terdapat kesengsaraan dan penderitaan. Jika seorang Muslim
menyadari bahwa itu akan menyengsarakan dirinya, maka dia akan berjuang dengan
menyatakan perang kepadanya untuk menentang ajakannya, menumpas hawa nafsunya.
Firman Allah SWT :
Artinya : “Dan aku tidak membebaskan diriku (dari
kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan,
kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha
Pengampun lagi Maha Penyanyang.” (QS. Yusuf : 53)
Sumber :yogiprames blog