Selasa, 25 November 2014

Aqidah dan Akhlak


Ketika kita memcoba mengamati kejadian-kejadian di lingkungan kita, maka tak jarang kita akan mendapati seorang muslim melakukan berbagai macam penyimpangan-penyimpangan agama, baik dari tingkat penyimpangan yang ringan, sedang bahkan penyimpangan yang fatal. Namun sebaliknya juga jika kita terus mengamati kondisi lingkungan kita, maka kita juga pasti akan mendapati seorang muslim yang memiliki perangai yang luar biasa mulia, taat dalam ibadahnya, bagus akhlaknya, baik terhadap sesamanya serta jauh dari tindakan-tindakan penyimpangan agama dan juga norma sosial yang ada di masyarakat.
Jika kita ingin mencoba menganalisis kedua fenomena diatas, maka akan muncul sebuah pertanyaan “dengan status yang sama sebagai seorang muslim, mengapa ada perbedaan yang begitu mencolok dari dua contoh fenomena diatas?”. Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka kita harus mengetahui terlebih dahulu bahwa perbuatan setiap manusia secara langsung dipengaruhi oleh mindset/pola fikir yang bersemayam dalam diri seorang manusia. sehingga kita dapat menyimpulkan bahwa seorang muslim yang masih melakukan penyimpangan agama maka sudah dapat dipastikan pola fikirnya tidak sesuai dengan Islam, sementara seorang muslim yang taat dan jauh dari penyimpangan maka dapat dipastikan juga memilik pola fikir sesuai dengan Islam.
Dalam islam kita mengenal yang namanya aqidah. Aqidah merupakan aspek terpenting dalam agama islam. Jika kita ibaratkan agama Islam sebagai sebuah rumah, maka aqidah memiliki posisi yang sangat penting yaitu sebagai pondasi. Aqidah inilah yang nantinya akan mempengaruhi pola fikir seorang muslim dan menjadi penuntunnya dalam segala kegiatan yang akan dilakukan.
Aqidah islam berkaitan langsung dengan keimanan. Keimanan merupakan “Pembenaran yang bersifat pasti yang sesuai dengan fakta berdasarkan suatu dalil” . Sehingga keimanan yang kokoh haruslah dapat dibuktikan dengan dalil aqli dan naqli sehingga sesuai dengan akal manusia dan sesuai dengan firman Allah swt. Keimanan yang masih mengandung keragu-raguan meskipun sedikit maka keiman seperti itu tidak dapat dikategorikan iman yang kokoh. Allah Swt berfirman :
وَمَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنَّ الظَّنَّ لَا يُغْنِي مِنَ الْحَقِّ شَيْئًا
(QS. An-Najm: 28)
Dan mereka tidak mempunyai sesuatu pengetahuanpun tentang itu. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan sedang sesungguhnya persangkaan itu tiada berfaedah sedikitpun terhadap kebenaran.
Seorang muslim yang memiliki keimanan yang kokoh yang dilandasi oleh dalil aqli dan naqli serta jauh dari keragu-raguan akan menghantarkannya kepada pemahaman yang haq (benar) dalam menyikapi kehidupan ini. Dengan keimanan yang kokoh dan yang haq inilah seseorang akan mampu memecahkan uqdatul qubro yaitu simpul besar yang menjadi pertanyaan bagi seluruh manusia tanpa terkeculai, yaitu “Dari mana manusia berasal?”, “Untuk apa manusia ini diciptakan?”, dan “Akan kemana manusia setelah kehidupan ini?”. Maka Aqidah islam telah menyelesaikan dengan tuntas uqdatul qubro di atas yaitu bahwasanya manusia berasal dari Allah swt sang pencipta, Manusia diciptakan tidak lain dan tidak bukan adalah untuk mengabdi dan hidup sesuai aturan Allah swt, serta Manusia pasti akan kembali kepada Allah swt.
Oleh karena itu ketika kita ingin merubah seseorang yang masih melakukan penyimpangan-penyimpangan agama padahal statusnya adalah seorang muslim maka mutlak bagi kita untuk memahamkan perkara aqidah yang benar menurut islam. Sehingga ketika orang tersebut sudah memahami hakikat penciptaannya yaitu untuk mengabdi kepada Allah swt maka secara langsung tindakan-tindakan penyimpangan agama tidak akan dilakukan lagi. Sejalan dengan pendapat para alim ulama’ tentang keimanan ini yaitu :
التصديق بالقلب والاقرار باللسان والعمل بالجوارح
“Pembenaran dengan hati, pernyataan dengan lisan, dan perbuatan dengan anggota tubuh.”
Maka marilah kita muhasabah diri kita masing-masing apabila kita masih melakukan perbuatan-perbuatan yang menyimpang dari koridor Islam maka bisa jadi keimanan kita masih belum sempurna. Karena jelas bahwa keimanan akan tercermin dari hati dan prilaku kita.
  1. Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa.
  2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
  3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan
  4. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia
(Al-Ikhlas 1-4)

 by BDM Al HIkmah UM

0 komentar:

Posting Komentar